Tap Payment still ineffective in Indonesia, Tanya Kenapa?
Author: Michael Tan
Dengan adanya pandemic NCovid-19 sejak awal tahun 2020, contactless payment menjadi salah satu cara yang terus dikedepankan oleh pihak perbankan dalam mendukung pengurangan kontak langsung dalam proses pembayaran untuk mengurangi risiko penyebaran virus NCovid-19. Contactless payment yang baru masuk dan diterapkan di Indonesia salah satunya adalah Tap to payment yang saat ini hanya di support oleh salah satu perusahaan payment terbesar di dunia yaitu Visa.
Tap to payment ini merupakan cara pembayaran tanpa menggunakan pin namun tetap menggunakan kartu plastik sebagai media pembayaran. Namun tidak semua kartu plastik support metode pembayaran ini. Bisa kalian cek kartu plastic yang mendukung metode pembayaran ini adalah dengan tanda seperti wi-fi namum condong ke arah kanan.
Sampai saat ini hanya beberapa bank yang support metode pembayaran ini. Terutama digital bank seperti, Jenius (BTPN), Jago (Bank Jago), Mega (Bank Mega). Padahal Tap to payment ini sudah ditemukan dan digunakan oleh negara-negara maju di US dan Eropa sejak tahun 2012. Saya pun sebagai user atas kartu yang provide transaksi tersebut sungguh sangat mengalami kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi ketika saya dan istri saya holiday ke negara-negara Eropa di tahun 2018. Metode pembayaran jenis ini mempunya limit yaitu jika di Eropa di bawah Eur100 dalam satu kali (1x) transaksi, jika transaksi melebihi limit tersebut maka diperlukan PIN untuk validasi pembayaran. Menurut saya sebagai pengguna kartu yang sudah support transaksi tersebut sangat menghemat waktu dan sangat efisien.
Menurut sumber, Tap to Payment mulai banyak digunakan di Indonesia sebagai alat pembayaran sah di tahun 2020. Namun sampai saat ini, yang terjadi di lapangan, masih banyak para penggiat usaha tidak menggunakan cara pembayaran ini. Padahal dari segi kecepatan, efektif dan efisiensi, cara pembayaran ini sangat baik. Entah apa yang menjadi masalah, ada beberapa faktor yang menjadi masalah:
- Kurangnya pengetahuan/knowledge para pekerja dalam melakukan jenis pembayaran ini.
- Tidak supportnya mesin EDC yang disediakan oleh pihak perbankan.
- Kurangnya pengetahuan dan sumber-sumber iklan atas metode pembayaran tersebut.
Saat ini yang sangat dikedepankan adalah metode pembayaran barcode melalui system pembayaran seperti Shoppepay, Gopay, Ovo, dan lain-lain. Cara tersebut cukup memberikan kemudahan, namun bagi saya dengan cara pembayaran tap to pay sangat disayangkan tidak digunakan karena lebih efektif dan lebih cepat dibandingkan cara pembayaran yang saya mention sebelumnya. Masyarakat mungkin lebih tergiur dengan iming-iming cashback dan diskon tertentu yang diberikan metode pembayaran tersebut dibandingkan tap to payment. Bahkan menurut saya acara pembayaran dengan system pembayaran tersebut semakin lama, karena dibutuhkan top-up saldo dari bank lain, dan proses top-up tersebut memakan waktu sekitar 5-10 menit, meng-consider kekuatan sinyal jaringan dalam melakukan transaksi. Belum lagi jika transaksi gagal, bisa memakan waktu hingga 15 menit sendiri untuk melakukan 1 transaksi. How come itu dibilang penghematan? Waktu adalah uang, menghemat waktu adalah menghemat uang, mungkin pandangan orang awam adalah hal yang terlihat oleh mata, yaitu dengan memakan banyak waktu dalam satu kali transaksi bisa menghemat atau memperoleh cashback hingga 30%, dengan catatan cashback maksimum dibatasi. Haha..what a kidding..
Well, itu semua balik lagi ke masing-masing pengguna dalam melakukan transaksi. Bagi saya sebagai pengguna, tap to payment sangat disayangkan tidak di optimalisasi sebaik mungkin, padahal metode pembayaran ini sudah digunakan sampai di minimarket terkecil di stasiun-stasiun kecil di kota kecil sekalipun. What a culture….